Breaking News

Sabtu, 29 April 2017

GENERASI EMAS

JAMHURI, S.Pd

Selalu menjadi problematika bangsa kita bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) di daerah selalu lebih rendah dibanding dengan IPM daerah perkotaan. Tentunya hal ini di sebabkan kerena minimnya segala akses dan fasilitas yang ada. Oleh karena itu, diperlukan pemeratan pembangunan di seluruh negeri ini, sehingga setiap anak bangsa dapat merasakan bagaimana kemerdekaan yang sesungguhnya.
Dengan segala kekurangan ini, ternyata tidak menyurutkan spirit perjuangan para guru di daerah daerah untuk terus meningkatkan kualitas manusia agar menjadi manusia paripurna. Perbedaan tempat dan geografis tentu mengakibatkan timbulnya permasalahan yang berbeda, begitu juga dengan problematikan guru di daerah. Kalau di perkotaan problematikanya terdapat pada ahklak siswa, semantara didaerah masalahnya adalah rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap pendidikan. Kondisi inilah yang menjadikan kami guru daerah perdesaan mempunyai dua tugas besar, yakni tanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik dan tanggung jawab terhadap peningkatan partisifasi masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menceritakan sedikit kisah tentang perjuangan guru di daerah kami. Jika dilihat dari kualifikasi pekerjaan orang tua siswa, secara mayoritas sebagai petani dan buruh sawit. Oleh karena itu, orang tua disibukan dengan rutinitas pekerjaan yang mengakibatkan sebagian anak terabaikan baik dari tinjauan pendidikan mereka dalam keluarga dan pendidikan di masyarakat maupun keperluan mereka akan materi kehidupan. Problema inilah yang menjadikan kami guru selalu berorientasi kepada hasil pembelajaran di sekolah dibanding pembelajaran di rumah. Bahkan dari beberapa observasi terhadap aktifitas siswa di rumah, rata-rata anak tidak mengerjakan pekerjaan rumah karena tidak terkontrol oleh orang tua.
Seiring dengan era globalisasi yang membawa berbagai dampak terhadap kehidupan masyarakat, tentu membawa efek juga terhadap dunia pendidikan. Rendahnya pemahaman masyarakat di desa tentang informasi pendidikan dan informasi hiburan yang disuguhkan oleh berbagai media juga membawa masalah baru bagi pendidikan kita. Seiring dengan peristiwa tersebut banyak anak yang lebih dominan menyaksikan hiburan dibanding focus belajar demi masa depan mereka.
Sebagai guru tentu kondisi di atas menjadi beban moral yang harus tertuntaskan. Bahkan bagian dari cita-cita kami adalah bagaimana anak didik kami dapat berhasil dengan baik agar menjadi generasi emas masa depan bangsa. Namun tentunya itu bukanlah pekerjaan yang mudah karena anak-anak kami harus berjuang untuk percaya diri akan kerasnya kehidupan, anak-anak kita harus terus bercita-cita, anak-anak kita harus terus punya mimpi bagi masa depan mereka.
Sebagian kisah sedih saya yang meneteskan air mata adalah ketika melihat anak didik saya sudah tidak memiliki mimpi lagi bagi masa depannya. Peristiwa ini dialami oleh seorang guru ketika saya memberikan motivasi mereka dengan memberikan tugas menggambar tentang apa cita-cita mereka. Semua anak bergembira dan sedikit demi sedikit telah menyelesaikan gambar mereka  yang menggambarkan cita-cita mereka, ada yang menggambar guru, dokter, polisi, TNI, pengusaha. Namun ketika guru tersebut tertuju kepada seorang anak yang murung dan enggan memberikan gambarnya kepada saya dan perlahan –lahan gambar tersebut saya lihat, maka saya terkejut bahwa anak tersebut menggambar seorang pemulung. Lalu guru itu bertanya mengapa kamu  menggambar gambar tersebut bukankah masih banyak cita-cita yang lain, lalu anak ini menjawab tidak mungkin pak  saya bisa jadi guru, dokter, polisi, TNI, pengusaha dengan kondisi orang tua saya yang makan hari-hari saja sulit apalagi dapat sekolah tinggi. Peristiwa ini membuat saya tertegun dan berpikir bahwa anak-anak saja dengan ketulusannya sudah tidak punya cita-cita dan mimpi indah terhadap masa depan mereka.
Demikianlah pengalaman kami guru di daerah semoga dapat menjadi inprirasi bagi kawan kawan lain. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog