Yunita Fitriasari, S.Pd
Tahun pertama saya mengajar di kelas 1. Yah, kelas 1 yang anak – anaknya masih berumur sekitar 5 tahun - 6 tahun, yang masih manja dengan ibunya ditinggal sebentar saja langsung menangis. Waduh, sebagai guru baru saya sedikit stres menghadapi tingkah siswa yang seperti itu, maklumlah waktu itu saya belum bisa mengontrol emosi dan belum ada pengalaman untuk membuat siswa lebih dekat dengan saya dan menganggap saya sebagai ibu pengganti.
Menjadi bapak / ibu pengganti di sekolah bukan hal yang mudah, kita harus tau benar apa yang diinginkan dari siswa kita. Terutama dalam hal berkomunikasi, bahasa yang digunakan pada anak seumuran tersebut adalah bahasa ibu atau bahasa daerah. Dengan bahasa ibu inilah saya bisa melakukan proses kegiatan mengajar dengan lancar, walaupun sebenarnya dalam melakukan kegiatan tersebut harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mengajar dan mendidik anak – anak yang masih polos itu ternyata sangat menantang,di sinilah kita bisa membentuk karakter si anak, dengan memberikan stimulus berupa menanamkan sikap saling menyayangi dengan sesama, menghargai, berani mengakui kesalahan, disiplin, bertanggung jawab, meminta maaf jika berbuat salah, berkata jujur, saling menbantu dan berbagi . Disisi lain kita menjadi seorang guru disisi yang lain kita menjadi seorang ibu. Menjadi seorang guru sekaligus ibu harus mengerti akan kekurangan anak didiknya dan untuk mengurangi kekurangan tersebut guru harus memiliki metode yang tepat dalam menyampaikan suatu muatan pembelajaran, sehingga anak – anak didik tidak merasa terbebani dengan apa yang kita sampaikan.
Menjadi seorang guru bukan hanya mengajar dan mendidik, tetapi dengan menjadi guru kita bisa memberikan tauladan yang baik bagi anak – anak didik kita. Saya yakin, mengajar dan mendidik dengan limpahan kasih sayang dan rasa ikhlas akan lebih mudah diterima oleh siswa.
Jadilah seorang bapak atau ibu pengganti yang hebat disekolah bagi anak – anak didik kita.
Salam Literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar