Breaking News

Minggu, 15 Januari 2017

LILIN TERAKHIR


ISSOYKHUN SUPRATMI
Guru di SMPN 2 Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang
Tidak terasa sudah lebih dari sewindu menjadi guru. Itu waktu yang relatif bagi profesi pendidik (bisa dikatakan baru sebentar bisa dikatakan agak lama). Selama ini aktivitas menjadi guru dari menyiapkan perangkat pembelajaran, mengajar, memberikan latihan, ulangan, koreksi, hingga mengolah nilai seolah telah menjadi rutinitas biasa. Dari bangun tidur, berangkat kerja, hingga menjelang tidur, aktivitas itu tidak jauh dari profesi guru. Pagi mengajar di sekolah, memberikan latihan dan ulangan, menjelang tidur masih mengoreksi. Rutinitas itu terkadang membawa ke dalam pusaran yang membosankan, sehingga kadang menurunkan daya kreatifitas guru. Guru kurang memiliki waktu untuk membuat inovasi yang menarik untuk menambah variasi pembelajaran dan meningkatkan semangat guru itu sendiri.
Selama saya menjadi guru sudah berkali-kali mengikuti berbagai pelatihan. Namun pengalaman saya mengikuti berbagai pelatihan belumlah cukup membuat saya menjadi lebih baik. Masih perlu menggali dengan literasi-literasi dan mempraktekannya dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, terkadang factor-faktor lain di tempat tugas menjadi saya kurang berkembang menjadi lebih baik.
Bersyukur dan senang sekali mengikuti pelatihan kali ini yang didukung dan difasilitasi oleh “SAMSUNG”. Kala itu saya tidak bisa membayangkan seperti apa pelatihannya. Setelah melaluinya, baru bayangan itu yang muncul, yakni seru, asyik, menarik, dan tertantang. Terima kasih banyak “SAMSUNG”. You have made me “Imagine the possibility”.
Pelatihan seperti ini juga adalah kali pertama saya mengikutinya. Sungguh tak sia-sia mengikuti pelatihan ini. Bagi saya pelatihan ini berbeda dengan pelatihan lain yang pernah saya ikuti. Pengalaman saya kalau mengikuti pelatihan lebih banyak lupa ilmunya dari pada ingat. Terasa lewat begitu saja mungkin karena kurang diimplementasikan dalam keseharian mengajar. Namun pengalaman mengikuti pelatihan literasi produktif ini berbeda. Bedanya adalah asyik sekali isinya,tidak hanya melulu tulisan dan ceramah tapi langsung mempraktekkannya.
Namun sayang pelatihan ini hanya dua hari. Padahal saya merasa masih kurang karena belum terlalu bisa. Saya berharap bisa mengulanginya lagi agar benar-benar bisa. Melalui pelatihan ini saya menjadi sadar akan perlunya literasi karena itu adalah salah satu kendaraan wajib seorang guru. Tanpa literasi guru tak bisa mengantarkan dirinya menjadi pendidik yang kompeten. Tanpa literasi guru tak bisa mengantarkan dirinya membuka wawasannya. Tanpa literasi guru akan berkubang ke dalam rutinitas harian.
Materi yang disampaikan dalam “TOC” kemarin menarik semua. Selain itu juga ilmu yang baru bagi saya. Saya makin ingin banyak belajar lagi dan lagi. Semakin ingin mencoba lagi dan lagi. Dari sini saya juga menjadi sadar bahwa seorang guru harus produktif bukan hanya menjadi konsumen produk pembelajaran ataupun distributor kepada murid-murid kita saja. Harapan saya totorialnya tidak hanya berhenti setelah pelatihan ini, akan tetapi berlanjut terus sampai akhirnya menjadi bisa dan terlatih.
Setelah pelatihan kemarin sempat juga saya bersama teman-teman mencoba untuk mempraktekkan membuat kuis isian singkat menggunakan VBA yang telah diajarkan. Saat itu, ketika mengikuti pelatihan, bagian ini (membuat kuis isian singkat dengan VBA) bisa berhasil. Akan tetapi setelah kami praktekkan sendiri belum berhasil. Saya coba lagi dan lagi. Saya sangat penasaran untuk bisa membuat kuis isian singkat dengan VBA.
Selain mencoba lagi membuat kuis isian singkat dengan VBA, saya juga mencoba membuat komik. Bagian ini juga menarik dan seru. Perlu kesabaran, imajinasi, dan tentu saja keseriusan. Diperlukan ide-ide segar untuk mengolah kata-kata melalui visualisasi gambar komik. Dengan komik kita berbicara terhadap diri sendiri dan orang lain. Dengan komik kita menjelma menjadi tokoh yang ingin menyuguhkan sesuatu. Bila digunakan sebagai media pembelajaran tentu saja menjadi menarik.
Ke depannya saya berharap guru-guru di Indonesia semakin berkompeten dan berkembang. Guru lebih bisa berinovasi dan berkreasi. Tentu saja untuk bisa mencapai dan mendapatkannya perlu sebuah ruang/wadah dan bimbingan. Apabila sudah terjun ke dunia pendidikan yang sesungguhnya, guru terkadang melewatkan saat untuk memperbaharui diri dengan menambah wawasan. Hal ini mungkin terjadi karena tuntutan tugas yang kadang membebani. Padahal, apabila bila guru diberi ruang untuk berinovasi, guru akan lebih baik lagi untuk bisa berkarya meningkatkan kecerdasan anak bangsa.
Tongkat estafet pendidikan di negara kita ada di tangan guru. Akan dibawa ke mana arah generasi kita ada di tangan guru. Guru yang mengantarkan tongkat estafet anak didiknya untuk berlari mengejar cita-citanya. Sehingga sesungguhnya guru juga menjadi pemain dalam kancah lari itu juga. Guru harus menjadi pembelajar dan terus belajar untuk bersama-sama peserta didiknya.
Seandainya guru adalah sebuah lilin terakhir yang menyala, maka lilin itu harus terus bersinar. Lilin terakhir harus mau membagi cahayanya kepada lilin-lilin yang lain. Dia bisa membuat sekitar tidak menjadi gelap dan tetap bercahaya. Dengan menjadi seperti lilin berarti kita harus rela membakar diri dengan terus berlatih dan berlatih. Maka, di mana dia bercahaya di situlah kehidupan dapat terlihat ada.
Pontianak, 27 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog